Ribun kilo jalan yang kau tempuh, lewati
rintang, demi aku anakmu. Seperti udara, kasih yang engkau berikan, tak mampu
ku membalasmu , Ibu..... Itu adalah
sepenggal bait lagu yang pernah dinyanyikan oleh Iwan Fals dengan judul ”Ibu”.
Kiranya tidaklah cukup tinta kita untuk menuliskan betapa besar kasih dan
perjuangan seorang ibu untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Tak
terkecuali kasih dan perjuangan yang dilakukan oleh ibu saya.
Ketika usia saya dan adik saya sudah
memasuki akil baligh, ibu mulai mengajari saya sholat lail. Di saat waktu mulai
beranjak memasuki sepertiga malam terakhir, ibu selalu membangunkan kami agar
mengerjakan sholat lail sebagaimana juga ibu yang tidak pernah absen dalam
menjalankannya. Waktu usia saya memasuki akil baligh, saya baru duduk di bangku
kelas I SMP. Saya teringat betul betapa jengkelnya saya setiap kali dibangunkan
ibu. Dalam hati saya selalu berkata : ” lagi enak-enak tidur dibangunkan”.
Namun ibu saya tidak pernah menyerah. Setiap hari beliau tetap membangunkan
anak-anaknya sambil mengatakan : ” habis sholat malam boleh tidur lagi sampai
shubuh”. Akhirnya kami pun lantas bangun mengambil air wudhu meski dengan berat
hati dan sambil menahan kantuk.
Kini saya sudah berkeluarga dan menjadi ibu bagi tiga
anak saya yang masih mungil-mungil. Saya menyadari bahwa sungguh berarti apa
yang telah ibu saya lakukan. Beliau telah mentarbiyah sekaligus memberikan
keteladanan kepada kami anak-anaknya. Betapa
indahnya kalau kita mengenalkan sholat lail sejak dini kepada anak-anak kita.
Bukankah sholat lail adalah salah satu sholat yang tak pernah ditinggalkan oleh
Rosulullah saw ?
Sholat lail
merupakan salah satu bentuk tarbiyah bagi anggota keluarga. Alllah telah
berfirman dalam Al Quran surat At Tahrim
: 6 bahwa hendaklah kita menjaga diri dan anggota keluarga kita dari adzab
neraka. Ini bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi di zaman globalisasi informasi
seperti sekarang ini, pekerjaan itu terasa berat. Tayangan-tayangan di televisi
bisa lebih mendominasi perhatian anggota keluarga bila tidak kita bentengi
dengan upaya-upaya tarbiyah dan keteladan yang baik.
Sebagai ibu, kita memiliki kewajiban memberikan
keteladanan dan mentarbiyah anak-anak kita dengan pembinaan yang islami.
Seorang ibu harus memberikan bekal pendidikan sekaligus keteladanan yang akan
menumbuhkan berbagai potensi positif bagi anak-anaknya. Karena ibu merupakan ”madrasatul
uula”. Kepada para ibu lah banyak beban digantungkan, sehingga digambarkan
bahwa surga berada di bawah telapak kakinya.
Kesadaran sebagai teladan di dalam keluarga bisa
terdegradasi oleh pengaruh lingkungan dan kebiasaan-kebiasaan yang dialami
secara rutin setiap hari. Perasaan dan tanggung jawab keteladanan ini tidaklah
tumbuh dengan sendirinya. Namun upaya menumbuhkannya memerlukan proses pembiasaan
dan tarbiyah yang berkesinambungan.
Salah satu peran utama dari seorang ibu adalah mendidik
anak-anak agar menjadi generasi rabbani, generasi yang akan menjadi aset bagi
orang tuanya baik di dunia kini maupun di akhirat nanti. Keberhasilan
pendidikan anak tidak terlepas dari keteladanan yang diberikan oleh seorang
ibu. Keteladanan seorang ibu amat diperlukan di zaman sekarang ini dimana
krisis idola telah terjadi di sebagian remaja kita. Seorang
ibu yang sadar bahwa semua perbuatannya akan ditiru oleh anak-anaknya maka dia
akan senantiasa menjaga sikap sehingga di mata anak-anaknya dia adalah sosok
idola, sosok yang patut diteladani. Sehingga ada harapan bahwa anak-anaknya
akan menganggap bahwa ”ibuku teladanku” .