Alhamdulillah
kami telah dikaruniai tiga putra, semuanya perempuan. Azka, putri saya yang
pertama adalah seorang anak yang cenderung pendiam dan lebih suka membaca
daripada bercerita. Satu buku bisa dia lahap habis dalam sekejap. Faza, putri
ketiga saya suka ikut-ikutan corat-coret di kertas ketika kakaknya sedang
mewarnai ataupun menulis. Najwa, putri kedua saya adalah anak yang cukup banyak
berceloteh. Apapun yang dia alami dan
dia lakukan di sekolah selalu dia ceritakan sesampainya di rumah.
Setiap pulang sekolah selalu ada hal
baru dari dia. Mulai dari cerita tentang teman-temannya di sekolah sampai
pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh Bu Guru.
“Ibu…tadi
di sekolah, Awa (panggilan sayang kami untuk Najwa) lihat CD Nabi …Nabi siapa itu yang masuk ke
perut ikan paus…Nabi Yus…”(cerita Awa sepulang sekolah)
“Nabi
Yunus”(kata saya menimpalinya)
“Ya,
Nabi Yunus. Nabi Yunus masuk ke perut ikan paus lho…” (Dia lanjut ceritanya
sampai selesai)
Sering juga dia main pentas-pentasan
dengan bonekanya. Sambil membawa mikrofon-mikrofonan (kadang pensil, sedotan,
dsb.) dia mengucapkan doa-doa, nasyid, yel-yel yang diajarkan oleh Bu Guru.
“Allahumma baarik lanaa fii maa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaabannar…
Ya Allah berkatilah rizki yang telah Engkau berikan kepada kami dan jauhkanlah
kami dari siksa api neraka”. (Sebelum menyuapin bonekanya dia lafadzkan do’a
tersebut. Hi…hi…hi…lucu ya bonekanya diajari berdo’a).
“Kelompok Sumatera oi...oi… kelompok Sumatera … anaknya
sholih-sholih… ceria dan gembira…” (yel-yel kelompok A1 Sumatera sering dia
nyanyikan. Subhanallah lucunya kamu nak).
Tidak hanya itu, adab-adab
keseharian yang diajarkan oleh Bu Guru di sekolah juga dia beritahukan kepada kami,
ayah dan ibunya, sesampainya di rumah.
“Ibu… kata Bu Guru, kalau kita makan dan minum harus sambil duduk,
nggak boleh sambil berdiri ataupun tiduran. Karena kalau makan sambil berdiri
itu kayak ayam. Coba Ibu lihat, ayam kan kalau makan sambil berdiri. Terus
kalau makan sambil tiduran itu kayak ular”. (Dia putar ulang hasil rekamannya
di sekolah).
Pernah suatu siang tanpa sadar saya
makan snack sambil berdiri. Spontan Awa langsung bilang :
“Ibu… kalau makan sambil
duduk, tidak boleh sambil berdiri. Nanti kayak ayam lho kalau makannya sambil
berdiri”. (Idiih, malu banget ya diingetin sama anak).
“Astaghfirullah, maaf nak Ibu
lupa… terimakasih ya… Awa sudah mengingatkan Ibu”.
Di lain hari Awa
makan roti sambil jalan-jalan. Ketika
saya bilang :”Awa…katanya kalau makan tidak boleh sambil berdiri, nanti kayak
ayam lho”. Sambil tersipu malu, Awa langsung duduk.
Subhanallah,
kelucuan anak-anak membuat kita terhibur sekaligus tersadar bahwa mereka adalah
pribadi-pribadi yang masih suci. Baik buruknya goresan yang kita berikan pada
anak-anak kita, akan turut menentukan seperti apa mereka kelak ketika dewasa.
Apa yang dia dengar dan lihat itulah yang akan dia ucapkan dan lakukan.
Seharian di sekolah, anak-anak kita tentu tidak hanya
bermain tetapi mereka juga belajar
tentang nilai-nilai. Seperti penanaman nilai-nilai tentang adab makan yang
diberikan oleh Bu Guru, kelihatannya sepele tapi hal itu sungguh membekas dalam
diri anak. Mereka tentu tidak mau disamakan dengan ayam. Akhirnya mereka tidak
akan berbuat seperti yang diperbuat oleh ayam.
Alangkah indahnya kalau di rumah
anak-anak juga mendapatkan hal yang sama. Semua berawal dari keluarga. Keluarga
yang sholih akan melahirkan masyarakat yang sholih. Semoga kita selalu diberi
kekuatan oleh Allah dalam mengemban amanah-Nya mendidik anak-anak kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar