Minggu, 01 April 2012

NYAMAN BERADA DI KELAS MATEMATIKA





“Belajar matematika? Ih…sungguh tidak menyenangkan”. “Mendengar kata matematika saja aku sudah alergi, apalagi mempelajarinya”. “Aku kurang suka belajar matematika, isinya cuma rumus-rumus bikin pusing”. Kalimat-kalimat tersebut mungkin pernah kita dengar keluar dari mulut para siswa. Itu adalah gambaran kecil bahwa mata pelajaran matematika termasuk salah satu mata pelajaran yang tidak banyak penggemarnya. Hal ini sungguh realistis. Mengapa? Pertama, tampilan matematika yang abstrak memberikan kesan bahwa matematika kurang menarik dan membosankan untuk dipelajari. Sehingga sebagian anak enggan untuk menekuninya. Karena dalam dunia anak sesuatu yang abstrak lebih sulit difahami, dibandingkan dengan sesuatu yang kongkrit. Kedua, penyampaian yang kurang menyenangkan dalam pembelajaran di kelas matematika membuat anak enggan belajar matematika.
            Benarkah matematika hanya terkait dengan sesuatu yang abstrak? Benarkah belajar matematika membosankan? Benarkah bahwa pembelajaran di kelas matematika cenderung membosankan? Ada sebuah kalimat yang cukup menggelitik : “Ingin anak anda sukses? Perhatikan siapa gurunya”. Kalimat ini saya ambil dari kolom parentingnya Suara Hidayatullah yang diasuh oleh Mohammad Fauzil Adhim (Hidayatullah edisi II/ XXIII/ Maret 2011). Dalam kaca mata saya sebagai guru kalimat tersebut cukup menggelitik karena hal itu secara tidak langsung berkaitan dengan kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas dan menjalin hubungan dengan siswa-siswanya.
Di kolom tersebut juga dituliskan tentang hasil dari berbagai riset yang   menunjukkan bahwa anak-anak yang kemampuan matematikanya rendah dengan skor 50% ke bawah, meningkat pesat kemampuannya setelah dua tahun jika ia belajar di sekolah yang efektif dengan guru yang efektif juga. Sedangkan anak-anak yang belajar di sekolah rata-rata dengan guru yang kemampuan mengelola kelasnya juga rata-rata, tidak mengalami perubahan apapun setelah dua tahun. Sementara anak-anak yang belajar di sekolah yang tidak efektif dengan kemampuan guru mengelola kelasnya juga tidak efektif , semakin lama malah semakin bodoh dan tidak mampu mengembangkan potensinya.
Ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang pernah saya dengar bahwa guru itu ibarat dalang dan seorang dalang ora bakal kurang lakon. Jadi sebenarnya seorang guru harus trampil dalam mendesain kelasnya agar pembelajaran di kelas itu menarik buat anak dan anak merasa enjoy saat berada di kelas tersebut (apapun kondisi anak saat masuk sekolah). Nah, bagaimana kita bisa membuat anak enjoy saat berada di kelas matematika?
            Sebenarnya dalam proses pembelajaran ada hal yang kelihatannya sepele tetapi cukup penting dan harus ada yaitu perasaan positif. Anak yang tidak memiliki perasaan positif saat belajar maka sulit baginya untuk menerima apalagi memahami apa yang ia pelajari. Seorang guru yang efektif hendaknya bisa membangun perasaan positif dalam diri siswanya saat ia belajar. Mengapa perasaan positif perlu dibangun?  
Perasaan merupakan “modal maya” manusia yang berkekuatan paling besar. Dalam ilmu Fisika kita mengenal istilah hukum daya tarik-menarik (Law of Attraction). “Sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya”. Hukum tarik-menarik ini juga berlaku bagi pikiran dan perasaan seseorang (Erbe Sentanu; 2008: 50). Segala sesuatu yang kita alami sesungguhnya kita tarik masuk ke dalam kehidupan kita melalui pikiran dan perasaan kita. Diri kita ibarat sebuah magnet besar yang akan selalu menarik apa pun yang kita fokuskan lewat pikiran dan perasaan. Sehingga jika seseorang berfikir tentang kesulitan maka dia tidak akan bisa menarik kemudahan.
            Seorang anak yang di dalam pikirannya telah tertanam bahwa “matematika itu sulit”, “belajar matematika itu bikin pusing” dan kalimat-kalimat negative yang lain maka dia akan benar-benar mengalami kesulitan ketika belajar matematika. Mengapa? Kalimat-kalimat negative yang sering diucapkan ataupun tanpa diucapkan tetapi selalu berada di pikiran maka kalimat-kalimat tersebut akan masuk ke alam bawah sadar. Dan secara otomatis di alam bawah sadar mereka sudah terprogram bahwa matematika itu sulit. Law of Attraction akan berlaku bahwa kesulitan akan menarik kesulitan.  
            Oleh karena itu sebelum pembelajaran dimulai ataupun saat proses pembelajaran berlangsung usahakan agar setiap anak memiliki perasaan positif terhadap materi yang akan mereka pelajari. Sehingga materi apapun yang dipelajarinya akan mudah diserap karena mereka berada dalam kondisi yang menyenangkan dan fokus.(to be continued...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar