“Belajar matematika? Ih…sungguh tidak menyenangkan”. “Mendengar
kata matematika saja aku sudah alergi, apalagi mempelajarinya”. “Aku kurang
suka belajar matematika, isinya cuma rumus-rumus bikin pusing”. Kalimat-kalimat
tersebut mungkin pernah kita dengar keluar dari mulut para siswa. Itu adalah
gambaran kecil bahwa mata pelajaran matematika termasuk salah satu mata
pelajaran yang tidak banyak penggemarnya. Hal ini sungguh realistis. Mengapa? Pertama,
tampilan matematika yang abstrak memberikan kesan bahwa matematika kurang
menarik dan membosankan untuk dipelajari. Sehingga sebagian anak enggan untuk
menekuninya. Karena dalam dunia anak sesuatu yang abstrak lebih sulit difahami,
dibandingkan dengan sesuatu yang kongkrit. Kedua, penyampaian yang
kurang menyenangkan dalam pembelajaran di kelas matematika membuat anak enggan
belajar matematika.
Benarkah matematika hanya terkait
dengan sesuatu yang abstrak? Benarkah belajar matematika membosankan? Benarkah
bahwa pembelajaran di kelas matematika cenderung membosankan? Ada sebuah
kalimat yang cukup menggelitik : “Ingin anak anda sukses? Perhatikan siapa
gurunya”. Kalimat ini saya ambil dari kolom parentingnya Suara Hidayatullah
yang diasuh oleh Mohammad Fauzil Adhim (Hidayatullah edisi II/ XXIII/ Maret
2011). Dalam kaca mata saya sebagai guru kalimat tersebut cukup menggelitik
karena hal itu secara tidak langsung berkaitan dengan kemampuan seorang guru
dalam mengelola kelas dan menjalin hubungan dengan siswa-siswanya.
Di kolom tersebut juga dituliskan tentang hasil dari berbagai riset
yang menunjukkan bahwa anak-anak yang
kemampuan matematikanya rendah dengan skor 50% ke bawah, meningkat pesat
kemampuannya setelah dua tahun jika ia belajar di sekolah yang efektif dengan
guru yang efektif juga. Sedangkan anak-anak yang belajar di sekolah rata-rata
dengan guru yang kemampuan mengelola kelasnya juga rata-rata, tidak mengalami
perubahan apapun setelah dua tahun. Sementara anak-anak yang belajar di sekolah
yang tidak efektif dengan kemampuan guru mengelola kelasnya juga tidak efektif
, semakin lama malah semakin bodoh dan tidak mampu mengembangkan potensinya.
Ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang pernah saya dengar bahwa guru
itu ibarat dalang dan seorang dalang ora bakal kurang lakon. Jadi
sebenarnya seorang guru harus trampil dalam mendesain kelasnya agar
pembelajaran di kelas itu menarik buat anak dan anak merasa enjoy saat
berada di kelas tersebut (apapun kondisi anak saat masuk sekolah). Nah, bagaimana
kita bisa membuat anak enjoy saat berada di kelas matematika?
Sebenarnya dalam proses pembelajaran
ada hal yang kelihatannya sepele tetapi cukup penting dan harus ada yaitu
perasaan positif. Anak yang tidak memiliki perasaan positif saat belajar maka
sulit baginya untuk menerima apalagi memahami apa yang ia pelajari. Seorang
guru yang efektif hendaknya bisa membangun perasaan positif dalam diri siswanya
saat ia belajar. Mengapa perasaan positif perlu dibangun?
Perasaan merupakan “modal maya” manusia yang berkekuatan paling
besar. Dalam ilmu Fisika kita
mengenal istilah hukum daya tarik-menarik (Law of Attraction). “Sesuatu
akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya”. Hukum
tarik-menarik ini juga berlaku bagi pikiran dan perasaan seseorang (Erbe
Sentanu; 2008: 50). Segala sesuatu yang kita alami sesungguhnya kita tarik
masuk ke dalam kehidupan kita melalui pikiran dan perasaan kita. Diri kita
ibarat sebuah magnet besar yang akan selalu menarik apa pun yang kita fokuskan
lewat pikiran dan perasaan. Sehingga jika seseorang berfikir tentang kesulitan
maka dia tidak akan bisa menarik kemudahan.
Seorang anak yang di dalam
pikirannya telah tertanam bahwa “matematika itu sulit”, “belajar matematika itu
bikin pusing” dan kalimat-kalimat negative yang lain maka dia akan benar-benar
mengalami kesulitan ketika belajar matematika. Mengapa? Kalimat-kalimat
negative yang sering diucapkan ataupun tanpa diucapkan tetapi selalu berada di
pikiran maka kalimat-kalimat tersebut akan masuk ke alam bawah sadar. Dan
secara otomatis di alam bawah sadar mereka sudah terprogram bahwa matematika
itu sulit. Law of Attraction akan berlaku bahwa kesulitan akan menarik
kesulitan.
Oleh karena itu sebelum pembelajaran
dimulai ataupun saat proses pembelajaran berlangsung usahakan agar setiap anak
memiliki perasaan positif terhadap materi yang akan mereka pelajari. Sehingga
materi apapun yang dipelajarinya akan mudah diserap karena mereka berada dalam
kondisi yang menyenangkan dan fokus.(to be continued...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar